Dear...
Senja
ini adalah saat-saat yang sibuk bagi mahasiswa baru sepertiku. Ditempat ini aku
meninginjakkan kaki, berharap suasana yang baru ini menyenangkan dan tentunya
bisa memberi ketenangan. Rumah baru, teman baru, lingkungan baru, serta
kehidupan baru yang dengan selangkah lagi aku memulainya sendiri. Hmm so, mau
tidak mau.
Tidak
terasa sudah larut malam, bulan mulai bergegas kembali ke dalam pelukan terang
yang tersisa hanya kelam tanpa bintang. Malampun mulai membelaiku serta
menyelimutiku dengan dinginnya yang menusuk kalbu. Aku mulai menarik selimut,
menyembunyikan wajah anggunku dibalik bantal yang kusam dan mulai merajut mimpi
demi mimpi yang manis. Ada rindu yang terbakar sempurna, tersiram jutaan liter
bensin tanpa neraca. Rindu yang ingin segera berlari pada tuannya. Mendekap
hangat dan menagih janji belaian mesra. Rindu ini terus berkobar, menciptakan
raut mendung pada wajah yang tak seharusnya. Wahai tuan pemilik jutaan partikel
rindu, tidakkah kau tahu bahwa rindu ini adalah tak kuasa untuk terus berdiam
sempurna menanti sebuah uluran tangan?
Ini
adalah kisah pertamaku dimana aku dan kamu harus merasakan satu dalam dua
wilayah yang berbeda, dengan mempertaruhkan telepati yang selalu kita anggap
kuat. Long distance relationship, ya kita tahu akan betapa indahnya rasa
situasi yang kita rasakan. Bukan keindahan, melainkan kesengsaraan. Semua tetap
berjalan dengan seiring waktu. Keadaan tetap sama seperti keadaan sebelum kita
long distance relationship, tetap dalam keharmonisan hubungan baru. Sebelum
kita terpisah, banyak ucap dikata yang kita lontarkan, salah satunya, yaitu “Dengan harus selalu menjaga kesetiaan,
komitmen dengan apa yang dijanjikan. Semoga dengan ini pula kita selalu bisa
dewasa dan bertambah dewasa lagi dalam menghapdapi setiap persoalan dan tetap
menjadi satu sampai kapanpun.”
Dua bulan kita menghadapi long distance relationship
adalah suatu hal yang biasa, dan kita masih tetap menjadi pasangan yang
romantis dan harmonis, tetapi masuk bulan ketiga, entah karena komunikasi atau
telepati yang rusak, kita merasa semakin jauh, aku bingung akan hal-hal yang
dibuat olehmu, keadaan mulai tak sama. Kamu selalu sibuk dengan kegiatanmu dan
selalu melupakan perhatianku, ataupun sebaliknya. Hehe. Aku yang setiap hari
memperhatikan kamu dan respon flatpun selalu dibuat. Aku semakin bingung akan
apa yang harus aku lakukan. Suatu malam kita saling berhubungan melalui
Blackberry messanger, panjang komunikasi, dan akupun mulai salah, karena
diantara komunikasi kita terhenti sesaat tanpa sebelumnya memberitahu terlebih
dahulu mau ini itu. Aku akui ketika itu aku memang salah, lalu akupun segera
meminta maaf kepadamu, namun tiada hasil, akhirnya memicu keributan. Aku
meminta maaf lagi dan kamu hanya mengatakan “Ya.”
Kejadian itu terulang di hari esok, lalu kamupun kembali marah. Kali ini
mungkin sudah membludak tak tertahan lagi, tak lama kemudian ada pesan singkat
darimu yang mengatakan, “kita
masing-masing aja, perbaiki kesalahan kita, aku mau kita berjauhan supaya mikir.”
Aku mulai melemas dan menghelus dada, karena ada pesan singkatmu padaku yang
membuat aku tidak percaya akan kalimat pesan singkat itu. “Maaf mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita, kita sekarang fokus
sama cita-cita kita sendiri, maaf ya.” Akupun dengan bingung dan kecewa
langsung mengiyakan tetapi sempat bertanya maksud dari itu semua, bahkan sempat
meragu.
Aku mulai membuka mata dan tersenyum walau rasanya
sangat berat, tapi aku rela. Namun aku percaya bahwa kita akan tetap menyatu
dalam keadaan apapun, entah itu karena jarak atau hubungan yang sudah diambang
perpisahan.
Akhirnya
memang benar, perpisahan itu hanya sejenak, kekuatan cinta kita
membuktikiannya, kami kembali bersama lagi, ya tentunya dengan jarak yang
menjadi penghalang kita. Walaupun begitu, hanya dengan melihat foto atau
videocall denganmu hati merasa senang. LDRnya kita bukan karena belum pernah
bertemu, kita pasangan yang sudah jalan bareng-bareng lalu salah satu pihak
pindah atau ada keperluan khusus untuk pergi ke tempat yang lebih jauh, untuk
pekerjaan atau kuliah. Rasa takut kehilangan yang membuat aku dan kamu sering
mengalami cemburu yang berlebih. Sebetulnya, “semakin kuat suatu hubungan, semakin berat pula ujian yang datang.”
Sekarang ku lihat kau semakin mencari kesalahanku. Apa kamu bosan? Maaf, karena
sejauh ini aku masih kurang sempurna menjagamu. Sejauh ini aku akan tetap
berusaha menjagamu, menjadi yang kamu butuhkan dan terus belajar menjadi yang
terbaik untukmu.
Perasaanku terhadapmu tak pernah berubah meski kamu
berada di kejauhan. Hanya do’a yang bisa melindungi orang tersayang di kejauhan
sana. Ya, setulus ini.
Add me on :
Twitter : Indriani_AYD
You've question? in here ask fm: @indrianifitria
Salam sahabat :)
Add me on :
Twitter : Indriani_AYD
You've question? in here ask fm: @indrianifitria
Salam sahabat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar